Rabu, 12 Februari 2020

Buku Terus Mencoba Budaya Tanding

Terus Mencoba Budaya Tanding

 

Judul : Terus Mencoba Budaya Tanding
Tahun : 1995
Penerbit : Pustaka Pelajar

Cak Nun menjelaskan sekaligus memberi contoh empiris apa itu budaya tanding. Dalam term bahasa Inggris ia dikenal sebagai counter culture. Cak Nun mengatakan, “Budaya tanding tak bisa tak ada, dalam dimensi yang manapun dari hidup ini. Konflik diperlukan untuk mementaskan sejarah dari kehidupan. Bahkan untuk supaya alam ini barnama alam. Dialektika abadi.” Jelas pernyataan itu menandaskan kalau Cak Nun sesungguhnya hendak mengupayakan budaya tanding sebagai dialektika dalam rangka mencari kebenaran. Sebagaimana sering disampaikan Cak Nun, semestinya yang kita cari bukan pembenaran sektoral, melainkan kebenaran kolektif. Kebenaran itu ditempuh melalui dialog, dialektika, tesis-antitesis, atau hal lain yang memosisikan dua orang atau lebih melakukan komunikasi interaktif.

Buku Nasionalisme Muhammad: Islam Menyongsong Masa Depan

Nasionalisme Muhammad: Islam Menyongsong Masa Depan

 

 

Judul : Nasionalisme Muhammad: Islam Menyongsong Masa Depan
Tahun : 1995
Penerbit : Sipress

Dengan imajinasi intelektual dan kontemplasi mendalamnya, Cak Nun seakan-akan menawarkan dua komponen yang terkadang luput disimak orang: nasionalisme dan Muhamamd. Apakah pada zaman Kanjeng Nabi, paham nasionalisme sudah muncul? Atau secara peristilahan belum dikonstruksi tapi secara esensial telah mengakar kuat dalam kepribadian Muhammad? Cak Nun dengan piawai menjawab pertanyaan ini. Sidang pembaca akan diajak bervakansi lewat kisah-kisah Al-Mustafa sampai autokritik terhadap kejumudan diri. Dalam salah satu tulisannya, pada halaman 10, Cak Nun mengutip, “…Ialah bahwa sesudah Wali Sanga, kaum muslimin Indonesia hampir tidak pernah lagi memiliki tokoh-tokoh yang memiliki kualitas dan kepribadian yang katakanlah mampu merangkum dua dimensi keulamaan sekaligus: keulamaan fiqih dan keulamaan tasawwuf.”

Buku Opini Plesetan (Oples)

Opini Plesetan (Oples)

 

 

Judul : Opini Plesetan (Oples)

Tahun : 1995
Penerbit : Mizan

Semua tulisan yang dibukukan di sini sesungguhnya telah disiarkan di Tabloid DeTik. Cak Nun banyak mengulas persoalan sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang terikat oleh kepentingan politik. Tokoh Togog dalam tiap tulisan di buku ini dipilih Cak Nun sebagai personifikasi tokoh pewayangan yang tak jemu-jemunya melontarkan kritik. Lontaran kritikan itu merupakan bukti keberpihakan Cak Nun kepada rakyat kecil yang sering kali “dipermainkan” oleh elit politik di menara gading.

Buku Surat Kepada Kanjeng Nabi

Surat Kepada Kanjeng Nabi

 

 

Judul : Surat Kepada Kanjeng Nabi
Tahun : 2015
Penerbit : Mizan Pustaka

Buku ini telah mengalami banyak cetak ulang oleh Mizan, namun pertama kali dipublikasikan tahun 1996. Kalau hendak menengok kritik-kritik Cak Nun tahun 90-an, maka buku ini sangat cocok. Buku ini sebagian besar merupakan “gugatan” Cak Nun kepada kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun pendidikan di Indonesia. Pada era itu analis internasional acap menyebut Indonesia masuk transisi “lepas landas” yang diproyeksikan menjadi Macan Asia baru. Pada pusaran itu Cak Nun tak absen melontarkan gagasan kritis yang diamsalkan sebagai surat seorang Emha kepada Kanjeng Nabi. Cak Nun mengutip, “Di negeri kami ini, umatmu berjumlah terbanyak dari penduduknya. Di negeri ini, kami punya Muhammadiyah, punya NU, Persis, punya ulama-ulama dan MUI, ICMI, punya bank, punya HMI, PMII, IMM, Anshor, Pemuda Muhammadiyah, IPM, PII, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, kelompok-kelompok studi Islam intensif, yayasan-yayasan, mubalig-mubalig, budayawan, seniman, cendekiawan, dan apa saja. Yang tak kami punya hanyalah kesediaan, keberanian, dan kerelaan yang sungguh-sungguh untuk mengikuti jejakmu.”

Pustaka Emha

Terus Berkarya

Terus Berkarya

91 buku dari kumpulan Esai, Puisi, Cerpen, Naskah Drama, Musik Puisi, Wawancara, Quote, Transkrip Maiyahan, karya Mbah Nun dari tahun 1975 hingga terbaru 2019

 

Terentang 44 tahun sejak karya Mbah Nun dibukukan di tahun 1975 hingga kini 2019, yang terdokumentasi sebanyak 91 buah. Dan masih banyak karya-karya Mbah Nun yang belum dibukukan baik yang telah ditulis dalam rentang 44 tahun tersebut maupun yang sedang dan akan dibuat.

Di tahun 2019 ini, empat buku baru diterbitkan dan satu naskah drama dipentaskan. Dalam empat tahun terakhir, diterbitkan dua buku tahun 2016, empat buku tahun 2017, dan tiga buku tahun 2018. Dan masih banyak buku-buku yang terbit 10 atau 30 tahun lalu dicetak ulang, serta masih mengantri buku-buku baru yang akan diterbitkan.
Di usia yang menurut ukuran manusia modern ini dikategorikan masuk masa pensiun, sebagai tahadduts bin-ni’mah, Mbah Nun mencontohkan kepada kita anak-cucu beliau, bahwa sepanjang hidup adalah beribadah dan salah satu bentuk ibadah itu dengan bekerja/berkarya sungguh-sungguh. Bekerja dalam makna fungsional mengabdi kepada Pemilik Kehidupan, bukan bekerja sebagai karir.
Ada beberapa kelompok karya Mbah Nun seperti esai, puisi, cerpen, naskah drama, musik puisi, quote, transkrip Maiyahan, dan wawancara.

Esai

  1. Indonesia Bagian Dari Desa Saya (1980)
  2. Sastra Yang Membebaskan (1984)
  3. Dari Pojok Sejarah: Renungan Perjalanan (1985)
  4. Slilit Sang Kiai (1991)
  5. Secangkir Kopi Jon Pakir (1992)
  6. Bola-Bola Kultural (1993)
  7. Markesot Bertutur (1993)
  8. Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1994)
  9. Gerakan Punakawan atawa Arus Bawah (1994)
  10. Kiai Sudrun Gugat (1994)
  11. Markesot Bertutur Lagi (1994)
  12. Sedang Tuhan Pun Cemburu (1994)
  13. Gelandangan di Kampung Sendiri (1995)
  14. Nasionalisme Muhammad: Islam Menyongsong Masa Depan (1995)
  15. Opini Plesetan, OPLES (1995)
  16. Terus Mencoba Budaya Tanding (1995)
  17. Surat Kepada Kanjeng Nabi (1995)
  18. Titik Nadir Demokrasi (1996)
  19. Tuhan Pun Berpuasa (1997)
  20. Demokrasi Tolol Versi Saridin/Folklore Madura (1997)
  21. Saat-saat Terakhir Bersama Soeharto: 2,5 Jam di Istana (1998)
  22. Iblis Nusantara Dajjal Dunia: Asal Usul Krisis Kita Semua (1998)
  23. Keranjang Sampah (1998)
  24. Kyai Kocar-Kacir (1998)
  25. Mati Ketawa Ala Refotnasi: Menyorong Rembulan (1998)
  26. Ikrar Husnul Khatimah Keluarga Besar Bangsa Indonesia (1999)
  27. Jogja-Indonesia Pulang-Pergi (1999)
  28. Ziarah Pemilu Ziarah Politik Ziarah Kebangsaan (1999)
  29. Kafir Liberal (2005)
  30. Orang Maiyah (2007)
  31. Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki (2007)
  32. Tidak. Jibril Tidak Pensiun (2007)
  33. Kagum Kepada Orang Indonesia (2008)
  34. Jejak Tinju Pak Kiai (2008)
  35. Demokrasi La Roiba Fih (2009)
  36. Istriku Seribu (2015)
  37. Anak Asuh Bernama Indonesia (2017)
  38. Iblis Tidak Butuh Pengikut (2017)
  39. Mencari Buah Simalakama (2017)
  40. Kapal Nuh Abad 21 (2017)
  41. Kiai Hologram (2018)
  42. Pemimpin Yang “Tuhan” (2018)
  43. Markesot Belajar Ngaji (2019)
  44. Siapa Sebenarnya Markesot (2019)
  45. Sinau Bareng Markesot (2019)

 

Puisi

  1. M. Frustrasi dan Sajak-sajak Cinta (1975)
  2. Sajak-sajak Sepanjang Jalan (1978)
  3. Nyanyian Gelandangan (1982)
  4. 99 untuk Tuhanku (1983)
  5. Iman Perubahan (1986)
  6. Suluk Pesisiran (1988)
  7. Lautan Jilbab (1989)
  8. Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990)
  9. Cahaya Maha Cahaya (1991)
  10. Sesobek Buku Harian Indonesia (1993)
  11. Abacadabra Kita Ngumpet… (1994)
  12. Syair-syair Asmaul Husna (1994)
  13. Doa Mohon Kutukan (1995)
  14. Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000)
  15. Trilogi Doa Mencabut Kutukan, Tarian Rembulan, Kenduri Cinta (2001)
  16. Karikatur Cinta (2005)

Cerpen

  1. Yang Terhormat Nama Saya (1992)
  2. BH (2006)

Naskah Drama

  1. Sidang Para Setan (1977)
  2. Patung Kekasih (1983), bersama Fajar Suharno dan Simon Hate
  3. Doktorandus Mul (1984)
  4. Mas Dukun (1986)
  5. Keajaiban Lik Par (1987)
  6. Geger Wong Ngoyak Macan (1989), bersama Fajar Suharno dan Gadjah Abiyoso
  7. Keluarga Sakinah (1990)
  8. Lautan Jilbab (1990)
  9. Santri-santri Khidlir (1991)
  10. Perahu Retak (1992)
  11. Sunan Sableng dan Baginda Farouq (1993)
  12. Pak Kanjeng (1994)
  13. Duta Dari Masa Depan (1996)
  14. Tikungan Iblis (2008)
  15. Nabi Darurat Rasul Ad Hoc (2012)
  16. Sengkuni2019 (2019)

Musik Puisi

  1. Isro Mi’roj Yang Asyik (1986)
  2. Satria Natpala (1995)
  3. Talbiyah Cinta (1996)
  4. Jangan Cintai Ibu Pertiwi (2001)
  5. Kesaksian Orang Biasa (2003)
  6. Republik Gundul Pacul (2004)
  7. Presiden Balkadaba (2009)

Quote

  1. Indonesia Apa Adanya (2016)

Wawancara

  1. Kerajaan Indonesia (2006)

Transkrip Maiyahan

  1. Hidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem (2016)
  2. Urusan Laut Jangan Dibawa Ke Darat (2018)
  3. Allah Tidak Cerewet Seperti Kita (2019)
 

 https://www.caknun.com/2019/terus-berkarya/

Buku Yang Terhormat Nama Saya

  Yang Terhormat Nama Saya

 
Buku Yang Terhormat Nama Saya, Buku Emha, Pustaka Emha, Buku Cak Nun, Buku Mbah Nun
Buku Yang Terhormat Nama Saya, Buku Emha, Pustaka Emha, Buku Cak Nun, Buku Mbah Nun


Judul : Yang Terhormat Nama Saya
Tahun : 1992
Penerbit : Sipress

Semua cerpen yang ditulis Cak Nun di sini mengisahkan kegelisahan batin manusia yang tak terlepas dari kondisi sosial-ekonomi tahun 1977-1981. Cak Nun tak mendramatisasi tokoh dan penokohan yang dibangunnya. Ia menawarkan kisah sebagaimana adanya, tanpa tedeng aling-aling, bahkan pretensi mencapai tingkat sastrawi. Sidang pembaca akan disodorkan bagaimana individu menghadapi problem hidupnya dengan pasrah-sumarah, namun tetap memiliki daya juang yang arif dan bijaksana. Dalam penggalan cerpen berjudul Pesta, Cak Nun menulis, “Aku berusaha dengan sebijaksana mungkin melepaskan segala wujud hubungan dengan orang lain yang kira-kira bisa merupakan kesetiaanku padamu.”

Buku Terus Mencoba Budaya Tanding

Terus Mencoba Budaya Tanding   Judul : Terus Mencoba Budaya Tanding Tahun : 1995 Penerbit : Pustaka Pelajar Cak Nun menjelaska...